Kematian Lukman – Cerpen
- frasakita72
- Oct 12, 2022
- 4 min read
Updated: Aug 3, 2024
Ayah adalah seorang pahlawan dimata anaknya. Seberapa pun masalah yang dihadapi ayah, ia tetap tidak menceritakan kepada keluarganya. Sore hari ada seorang bapak sedang melamun memikirkan biaya anak sekolahnya. Saat ini anaknya bersekolah dijenjang kelas lima SD, ia Bernama Raihan anaknya Bapak Lukman.
Beberapa minggu yang lalu Lukman sempat depresi, isi kepalanya berputar mencari jalan keluar permasalahan ekonomi, untuk membayar hutang piutang istrinya.
Bapak Lukman adalah seorang buruh serabutan. Jika ia tidak mendapatkan kerjaan, ia akan membantu istrinya berjualan sapu injuk. Berkeliling kampung dengan berjalan kaki. Satu buah sapu injuk dihargai senilai Rp15.000,00.
“Sapuu, Sapu” Suara Pak Lukman dengan lantangnya
Jualan sapu injuk tidak melulu laku, kadang pernah ketika pulang, barang dagangan yang dipanggul dipundak istrinya Bapak Lukman tidak terjual sama sekali. Tangisan Intan, istrinya Bapak Lukman mengeluarkan air, yang rasanya asin dari matanya. Pipi yang tadinya kering, kini menjadi basah. Karena terpaksa keluarganya memakan nasi aking yang kemarin tidak habis.
Pada malam hari keluarga Bapak Lukman duduk bersama di rumahnya, sedang makan dengan nasi yang ditaburi garam saja. Keluarga tersebut cukup bahagia dibarengi senda gurau.
“Bagaimana nak tadi disekolah?” Tanya Lukman pada Raihan yang berada di sampingnya.
“Tadi waktu di sekolahan, Raihan disuruh nyanyi sama bapak Guru ke depan kelas Pak” Jawab Raihan dengan mulut penuh nasi yang ia masukkan.
“Ohhh gitu, terus kamu nyanyi apa nak?” Ucap Lukman
“Raihan waktu di sekolah, nyanyi lagu Alive pak, lagu yang ada di film kesukaan Raihan, Naruto”
Tangan Pak Lukman mengelus rambut Raihan, namun setelah mengelus. Pak Lukman terkejut, rambut anaknya di penuhi sisa-sisa nasi. Istrinya segera membersihkan rambut anaknya, lalu menyuruh suaminya melanjutkan makan, disertai omelan istrinya. Karena kejadian tadi, yang tidak sadar sedang makan kemudian mengusap kepala anaknya.
“Ya Allah pak, rambut Raihan jadi lengket nih. Bapak ini lihat-lihat dulu tangannya udah bersih apa belum, lagi makan kok sempat-sempatnya megang kepala anak” Ucap Intan dengan tangan sedang membersihkan sisa nasi dari rambut Raihan.
“Maaf ratu, kakanda tidak sengaja” ucap Lukman dengan senyum lebar
Setelah makan selesai, Lukman mengajak Raihan tidur. Sedangkan istrinya membereskan piring-piring yang ada di lantai.
“Ayo Raihan, bapak temenin kamu tidur” dengan tangan Lukman memegang pundak Raihan.
Setiba dikamar Raihan, Bapak Lukman berada disamping anaknya, yang posisi badannya sedang terlentang sembari mendengarkan suara bapaknya. Bapak Lukman memberikan nasihat soal kehidupan kepada Raihan.
“Raihan, hidup itu memang penuh perjuangan. Namun jangan melupakan orang disekitarmu, yang pernah membantumu. Kamu tahu siapa yang pertama kali membantumu?” Tanya Pak Lukman yang matanya menatap dalam anaknya
“Tidak tahu pak, mungkin Ibu pak” jawab Raihan dengan wajah kebingungan
“Bukan nak, tapi Allah SWT yang pertama kali membantumu disaat kondisi apapun. Ibu, ayah, tetangga, teman kamu, maupun orang lain tidak kamu kenal, itu semua hanya perantara. Tapi ingat, ucapkan terima kasih walaupun bantuan sekecil apapun”
“Baik Bapak” menjawab dengan kelopak mata hampir rapat disertai senyuman tipis.
***
Keesokan paginya, Bapak Lukman pergi keluar rumah, berpamitan dengan istrinya dan anaknya. Sebenarnya Lukman tidak tahu harus mencari kerja dimana, dan tujuannya kemana. Lukman berjalan tanpa arah, ia hanya mengandalkan doa dan kemampuannya yang ia miliki.
Lukman menaiki angkot dengan tujuan ke pasar. Sesampai di Pasar, ia segera menawarkan jasanya, menjadi apapun itu. Setelah berkeliling ke pedagang-pedagang, ia tidak mendapatkan perkerjaan. Banyak yang menolak jasanya dengan alasan sudah penuh tidak butuh orang lagi. Itu yang sering terucap pada mulut pedagang-pedagang yang ada di pasar.
Uang yang dimiliki Lukman tersisa tinggal Rp. 10.000,00 lagi. Ia frustasi sampai siang ini belum mendapatkan pekerjaan. Ia berjalan menuju warung dekat pohon rindang. Ia memegang gelas berisi air manis yang memiliki rasa jeruk. Lukman meminum minuman tersebut hingga tak terhingga, melepaskan dahaga, oleh minuman berwarna jingga. Tidak diduga ia melanjutkan mencari pekerjaannya pergi ke dermaga agar keluarga bangga. Pada sore hari sesampai di sana, tetap ia tidak dapat pekerjaannya.
“kalau begini terus, saya mungkin bakalan menjadi kepala keluarga yang buruk. sayapunya anak yang perlu dikasih makan. Tentu saya tidak ingin melihat keluarga kelaparan” Suara Lukman dari dalam hati yang sedang berbicara.
Lukman adalah seorang pemabuk sewaktu muda, ia berhenti sejak menikah dengan Wanita jawa Bernama Intan. Namun sekarang Lukman Kembali berniat mabuk, untuk menghilangkan pikirannya yang sudah kacau balau. Ia akhirnya mabuk Kembali setelah di ajak teman-temannya yang kerja berada di dermaga.
“Eh bro, udah lama ga ketemu. Tumben-tumbenan kesini” Ucap Pak Ariq yang beres menurunkan barang dari kapalnya
“Iya ni, ancur bangat kehidupan saya. Dari tadi nyari pekerjaan tapi ngga dapat-dapat” Jawab Lukman dengan nada yang lemas, dan rambut sudah acak-acakan tidak jelas
“Ohh gitu bro permasalahannya. Mending kita minum dulu. Saya punya tiga botol nih, biar lepas penatnya” Kata Ariq sambal merangkul Pundak Lukman
“Ngga dulu Riq, mau nyari kerjaan lagi ini”
“Udah tidak apa-apa, cuman hari ini doang kok. Saya tahu kok bagaimana perasaan kamu hari ini. Ayok”
Kemudian Ariq membawa Lukman ke Gudang, yang mana minuman tersebut disimpan.
“Sini duduk, dan ini minumannya” Kata ariq dengan tangan memegang botol memberikannya ke Lukman.
Lukman meminum minumannya secara puas diselingi curahan permasalahannya, seperti anak, keluarga, hutang dan lain sebagainya. Namun temannya itu tidak sanggup menanggapi ungkapan Lukman, karena sudah mabuk berat. Lukman pada saat ini terus mengoceh tidak jelas. Marah-marah dan membanting botolnya. Karena ia sungguh marah atas penderitaan hidupnya. Selang berberapa lama, sudah dua botol Lukman habiskan.
Lukman termangu beberapa saat sebelum berdiri, dengan tatapan yang kosong dan pikiran entah kemana. Ia terus termenung. Suara Azan Magrib membangunkan Lukman, ia berdiri tergopoh-gopoh. Betapa sulitnya Lukman bangun. Kemudian Lukman berjalan terhuyung-huyung dan berdiri di atas jembatan tidak jauh dari dermaga. Ia sudah frustasi dan putus asa atas kehidupannya. Ia melewati pagar batas jembatan, tidak pikir panjang, ia langsung melompat ke sungai yang sangat dalam.
Tubuh Lukman sudah lemas karena mabuk, ia tidak mampu untuk berenang.
“BYURRR” Suara ketika tubuh Lukman jatuh ke dalam air.
Ia tenggelam dan sudah kehabisan nafas, tidak ada yang tahu soal kematian Lukman pada saat ini.
Istri dan anaknya mencari kemana-mana, namun tidak ada hasil. Setelah 8 Hari mencari, ,akhirnya jenazah Lukman ditemukan mengawang di pinggir dermaga. Istri dan kerabatnya segera memandikan dan menguburkannya di tempat pemakaman.
***
Sudah empat tahun berlalu, setelah kejadian tewasnya Lukman, yang meninggalkan seorang anak dan istrinya. Kini Intan sudah menikah lagi dengan seorang lelaki bernama Hengky dan sudah melupakan Lukman, mantan suaminya yang dulu.




Comments