top of page

Realitas Manusia Dewasa – Cerpen

  • Writer: frasakita72
    frasakita72
  • Nov 4, 2021
  • 3 min read

Updated: Aug 3, 2024

Kata orang mimpi itu jangan terlalu setinggi langit, manusia dewasa pernah mengatakan itu, mungkin realitas mereka yang rendah atau mereka yang pesimis. Tapi kenyataannya seperti itu.

Keberadaan anak kecil yang penakut bermimpi setinggi langit dia adalah Bimba. Bimba menjadi penakut dan selalu bimbang menentukan pilihan sendiri, setelah mengetahui realitas manusia dewasa. Dulu si anak kecil tersebut pernah mempunyai mimpi setinggi langit, bercita-cita menjadi astronot menjelajahi ruang angkasa. Dulu Bimba seorang anak kecil yang riang mempunyai imajinasi kreatif dan menghasilkan karya yang baik.

Bimba sendiri mempunyai bakat menggambar, hari-harinya selalu mencoret-coret kertas kosong dengan pensil penuh warna di setiap goresannya, Hingga lupa waktu.
Ibundanya berkata “Nak ayo mari makan, jam makan mu sudah terlewat” (Sembari membawa makanan ditangannya)
“Sebentar lagi bu, menyelesaikan ini dulu” ucap Bimba

Pada akhirnya Bimba disuapin oleh ibunya selagi menggambar di ruang tengah, Hingga bimba selesai menggambarnya. waktu sudah sore hari, memang waktunya bimba untuk mandi. Tapi susah sekali untuk bimba mandi, Bimba selalu berkata “nanti”. Seperti itu tiap harinya kalau di suruh mandi oleh ibunya.

Hal lainnya dia di sekolahan anak yang periang, bermain dengan teman-temannya. Tertawa Bersama dengan tingkah laku jailnya bimba, pernah suatu hari dia melakukan hal konyol. Saat itu temannya yang bernama bimo sedang duduk di kelas, saat sedang istirahat. Bimba secara tiba-tiba dari belakang menggergaji bangku yang sedang diduduki oleh temannya, 

Srek Srek sRek srek (suara gergaji)
Hingga terpotonglah bangku tersebut, Bimba dan teman-teman lainnya tertawa sembari melihat Bimo jatuh ke belakang. Sejak kejadian itu, bimo selalu pindah-pindah tempat duduknya, akan tetapi bangku yang diduduki bimo, selalu menjadi korban kejahilan bimba. Bayangkan kalau kejadian seperti itu selama 3 bulan. Pasti 1 Kelas dan teman-teman lainnya belajar secara lesehan duduk dilantai. Ini malah jadi seperti piknik keluarga, mungkin saja teman-teman yang berada paling belakang, bawa makanan beserta keluarganya dan menyewa tikar dari guru.
“Ayo anak-anak kita sekarang belajar Matematika… 1+1 berapa?” Kata gurunya
Murid yang berada di depan menjawab, “2 bu guru”
“Sekarang 2+2 berapa?..” tanya guru
Murid paling belakang tadi yang membawa keluarganya menjawab, “3 bu guru.”
Bapaknya menanggapi jawaban anaknya “Ehh nak salah, jawabannya 8”
Gurunya dalam hati berbicara “Ya Allah makin jauh” (ekpresi kesal)
Jika membawa keluarganya, kemungkinan seperti itu.

Sekarang Bimba sudah bukan anak periang lagi. Bimba sendiri mengetahui realitas manusia dewasa disebabkan media sosial, karena dia melihat curahan-curahan manusia dewasa secara tidak sengaja. Banyak di media sosial bercurah tentang kegagalan pekerjaan, cinta, dan kesukesan. Bimba selalu berpikir apakah aku bisa menggapai mimpi-mimpiku. Sekarang mimpi tersebut terkubur secara dalam-dalam.

Bimba hanya berani bermimpi dalam tidurnya, bermimpi perjalanannya saat dewasa, berkuliah di kampus favoritnya, bertemu teman-teman baru. Hingga pada akhirnya dia lulus kuliah dan pergi keluar negeri untuk menggapai cita-citanya semasa kecil dengan rasa optimisme. 

Dia lalu berpamitan kepada keluarganya dengan rasa suka duka. Barang-barangnya sudah dirapikan yang segera dimasukan ke mobil. Lalu Bimba bergegas masuk kemobil agar tidak telat saat di bandara. Lambaian tangannya membuat keluarganya sedih dan terharu sekaligus bangga pada bimba. Pada saat itu ayahnya sedang menenangkan ibunya agar tidak terlalu duka dengan kepergian anaknya keluar negeri. 
“Sudah bun sudah mari masuk kedalam, sebaiknya doakan saja agar selamat dijalan dan selamat sampai tujuan. Itu yang terpenting” kata Ayahnya.

Sesaat tiba di bandara, bimba berlari menuju pesawatnya, Sembari membawa barang-barangnya yang sudah diturunkan dari mobil, hanya satu koper dan tas di punggungnya. Hingga masuklah dia dalam pesawat. Selama perjalanan dia merenung mengingat orang tuanya yang ditinggalkan jauh olehnya.

Bimba tiba-tiba terbangun dalam mimpinya, tersadar dan merenung melihat tingkah laku manusia dewasa, mengapa mereka selalu mengeluh yang mereka kerjakan, bukankah rintangan itu dihadapi bukan di ikuti...  
Ibunya masuk ke kamar dan memberikan makanan dengan lauk kesukaan bimba, yaitu ayam goreng. 
Dia bertanya pada ibunya. “Bu, apakah menjadi orang dewasa itu sulit? Kata Bimba.
Ibundanya berkata “Tidak Bimba, tergantung pada prinsip hidupnya. Pada dasarnya manusia hanya bisa  kerja keras dan berdoa. Hasil itu pilihan”
“Kenapa orang dewasa hasilnya tidak yang mereka inginkan?” Tanya Bimba
Ibundanya menjawab “Hasil yang mereka dapatkan saat ini, merupakan apa yang mereka kerjakan pada masa lalunya. Sudah sekarang ayo makan, nanti kamu sakit”. 



Comments


©2035 by Jeff Sherman. Powered and secured by Wix

bottom of page